![]() |
Padi rebah saat di panen di Desa Purwamekar |
Jabarexpose.id - Karawang | Fenomena padi rebah ini akibat curah hujan lebat dan angin kencang petani karawang merugi jutaan rupiah.
"Sebagai petani kami merugi jutaan rupiah. Tak kami dapatkan solusi dari pihak dinas pertanian mau pun dari pemeintah desa setempat," ungkap salah seorang petani asal Desa Purwamekar, Kecamatan Rawamerta H. Calim, Selasa (16/7/2025).
Ia mengatakan, bahwa di sawahnya Sebagian tanaman padi yang telah berbuah dan mulai menguning pohonnya mengalami rebah yang diakibatan hujan deras serta angin kencang.
"Saya punya sawah ada 4 hektar, kurang lebih 1,5 hektar di Dusun Tamiang Desa Purwamekar pohon padinya pada rebah," ucapnya.
Calim mengaku sudah berupaya agar pohon padinya tidak rebah dengan cara mengikat agar ketika hujan tiba, padinya tetap berdiri. "Tapi tetap saja pohon padi saya banyak yang rebah dan butir-butir padinya terendam air," terangnya.
Ia menceritakan, untuk biaya mengikat batang padi yang digabung beberaoa rumpun padi, sebut dia, sudah mengeluarkan uang sebesar Rp1,5 juta per hektarnya.
"Jadi baru hanya sebagian padi yang diikat-ikat. Apalagi kalau ditambah untuk biaya tanam dan pupukan dari 1 hektar sawah bisa menghabiskan uang Rp15 juta. Dengan rebahnya pohon padi sekarang, sebagai petani tentu berpotensi merugi," ungkap dan keluhnya.
Banyaknya pohon padi yang rebah di sawah menjelang masa penen, maka banyak juga petani yang terpaksa harus panen paksa. "Kalau tidak dipanen, padinya bisa membusuk karena kena air," ucapnya.
Padi yang seharusnya seminggu lagi di panen, terang Calim, terpaksa sekarang harus dipanen paksa agar tidak terlalu rugi.
"Memang harga gabah yang normal seharusnya mencapai Rp7 ribu per klogram. Dengan panenpaksa, cenderung turun harga menjadi Rp5 ribuan per kilogramnya," sebut dia.
Atas terjadinya pohon padi rebah di sawah, sampai saat ini Calim mengaku tidak pernah diberi pengarahan. "Tidak ada orang dari Dinas Pertanian yang datang melihat fenomena ini," katanya.
"Jangankan untuk melihat ke sini, bantuan asuransi saja tidak pernah dapat bantuan dari pemerintah, seperti waktu kami gagal panen," kenang dia.
Calim juga mengaku sudah pernah mengisi formolir pengajuan asuransi waktu kena hama tikus. "Sudah mengisi fomulir usulan asuransi, namun sampai saat ini belum pernah mendapat bantuan asuransi gagal panen tersebut," katanya.
Ia juga bercerita kalau pernah membayar adminitrasi Rp300 ribu per hektar untuk 4 hektar sawah. "Tapi ya begitu, saya tidak perah sama sekali mendapatkan klaim asuransi," terangnya.
Menurutnya, program ketahanan pangan dari pemerintah pusat sudah bagus, namun ia menyayangkan kalau sampai saat ini kepedulian dari Pemerintahan Desa Purwamekar dan Dinas Pertanian Karawang masih kurang untuk petani," imbuhnya.